2025/06/29

Assalamualaikum Beijing_2 : Lost in Ningxia, Diantara Dia, Dia dan Dia.

Assalamualaikum Beijing : Lost in Ningxia, Diantara Dia, Dia dan Dia.

Pemeran : 
Yasmin Napper.      : Aisha 
Emir Mahira             : Arif 
Baskara Mahendra : Mo 
Gabriella Ekaputri   : Shabira 
Ferry Salim              : Baba Rahman
Ria Ricis                   : Evy 
Lolox                        : Victor 
Violetta Wijaya       : Sisca 
Hartawan Triguna  : Hastomo
Nadzira Shafa Askar :  cameo. 

Sutradara. : Guntur Soeharjanto
Produser. : Hartawan Triguna
PH : Imperial Pictures (II)
Skenario: Asma Nadia
Genre : Roman, Drama

Film drama romantis ini merupakan sekuel dari Assalamualaikum Beijing, adaptasi dari buku karya Asma Nadia yang ke-65. 
Untuk seri kedua ini, sang penulis buku kembali mempercayakan tanggung jawab penyutradaraan filmnya ke tangan Guntur Soeharjanto. Sutradara film terlaris sepanjang tahun 2013, '99 Cahaya di Langit Eropa'.

Budaya Negeri Tirai Bambu masih menjadi  pilihan untuk melatar belakangi film ini, menyorot geliat Islam di negara komunis terbesar di dunia, saat ini. Namun di film kedua, bukan hanya Beijing yang menjadi setting lokasi seperti film pertama, melainkan lebih berpusat pada kota Ningxia. Kawasan otonom di bagian barat laut Tiongkok. Daerah yang mayoritas penghuninya berasal dari Suku Hui, komunitas Muslim Tionghoa yang memadukan budaya Islam dan Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk tokoh utama bukan lagi  Ashima dan Zongwhen (Assalamualaikum Beijing seri pertama), melainkan Aisha (Yasmin Napper) dan Mo (Baskara Mahendra).  

Bucin pada sang kekasih membuat Raina Anggelina rela berpindah keyakinan. Berganti nama menjadi Aisha, setelah menjadi seorang mualaf. Melakukan segala-galanya demi Arif (Emir Mahira), pemuda Indonesia yang tengah menyelesaikan studi S2 di kota Ningxia. 
Hubungan jarak jauh pun tak menyurutkan rasa cinta dan kepercayaan Aisha. Ujian kesejatian cinta.

Sebenarnya, tak ada kebetulan di muka bumi ini, karena semua yang berlaku merupakan ketetapan dari Allah. 
Tugas sebagai jurnalis mengharuskan Aisha terbang ke Ningxia bersama 2 sahabatnya, Evy (Ria Ricis) dan Victor (Lolox). Dengan membawa banyak impian dan harapan kepada kekasihnya, Ashia berniat diam-diam membuat kejutan, menemui Arif. 

Luluh lantak berkeping-keping hati Aisha. Rasa bahagia dan rindu berubah menjadi kecewa setelah mendapatkan kenyataan. Arif lenyap, bak ditelan bumi kota Ningxia. Kucuran dana yang rutin dia kirimkan untuk biaya kuliah dan hidup ternyata cuma akal-akalan.
Demi mencari sebuah jawaban, Aisha bersikukuh tetap tinggal di Ningxia, ketika batas waktu kerjanya sudah habis. Diam-diam Aisha meninggalkan kedua sahabatnya, yang akan melakukan perjalanan ke Beijing, lanjut terbang pulang ke Indonesia.

Berada di negeri orang sendirian membuat Aisha terombang-ambing tak tahu arah. Dalam kebingungannya, munculah Mo (pemuda keturunan Tionghoa-Indonesia yang tinggal di Ningxia), dengan tulus menemani Ashia mencari keberadaan Arif. 
Apartemen, kampus, hingga tempat kerja sudah disambangi Aisha dan Mo, namun hasilnya nihil. Marah, kecewa dan putus asa memenuhi hati Aisha. Perang batin mulai mengisi, memenuhi hatinya.

Mo dengan kepribadiannya yang menyenangkan, selalu sabar  mendengar curhatan Aisha. Ketulusan dan perjalanan hidupnya, mampu merubah hati Aisha yang selama ini hanya memikirkan Arif. 

Keduanya menjalani hari-hari menyenangkan sambil belajar makna tentang Islam lebih dalam. Ketekunan dan keikhlasan Mo dalam beribadah perlahan mengembalikan kepercayaan Aisha kepada Dia, Allah Sang Pemilik ketentuan dan garis kehidupan. Rasa nyaman selama bersama Mo, sedikit demi sedikit mampu mengobati luka hati Aisha. Ada benih-benih rasa hadir diantara keduanya.

Namun ketika ceria mulai menghiasi hidup Aisha, tiba-tiba Arif kembali muncul dengan membawa cerita dusta. 
Terjadi perang di bathin Aisha. Bimbang antara menerima Arif kembali atau memilih melanjutkan hidup bersama Mo. 

Assalamualaikum Beijing 2: Lost in 'Ningxia' ini cukup layak dijadikan tontonan. Film yang menyoroti sosok perempuan. Makhluk yang selalu mengutamakan perasaan cinta daripada logika. Pencarian makna keimanan dan ketulusan dalam situasi yang berbeda. Membawa penonton menikmati keindahan Negeri Tirai Bambu terutama Beijing dan Ningxia. 
Setiap ada kelebihan, pasti ada kekurangan. 
Begitu pula dengan sekuel dari film Assalamualaikum Beijing ini, konfliknya di rasa tak sekuat dari film yang pertama. Alur dirasa lambat di awal, tapi terburu-buru di akhir kisah. 

Meski terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan, penulis dan sutradara berharap semoga pesan dan amanat yang ingin disampaikan bisa diterima oleh penonton.  Bermanfaat untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Aamiin yaa rabbal alamin.
Sukses untuk semuanya....
 

2025/06/27

"Cerpen-Ku"

Adityaku - Taman firdausku

Sampai kapan cobaan ini akan terus berlaku, Tuhan?
Memandang  wajah matahari pertamaku. Tertidur pulas di atas pembaringan besi tua didalam kamarnya. Tubuhnya terlihat semakin kekar, kulitnya bersih, tampan dan wajah pulasnya terlihat begitu damai. Wajahnya semakin membuatku sadar bahwa  inilah hidup dan takdirku.
Seribu tanya terus melagu dalam sepanjang kehidupanku. Bukan karena Married by accident, melainkan karena kekolotan orang tua. Di usia 20 tahun aku harus menikah. 
Ora ilok adhi nglangkahi mbakyu utawa kakangne,” 1) mitos jawa itu masih begitu kental dianut oleh ibuku.  Aku harus memupus semua impian dan cita-citaku menjadi dokter. Semua demi orangtua dan adik bungsuku.
Satu tahun setelah menikah, anak laki-laki pertamaku terlahir dengan berat badan 3,4 kg, panjang 51 cm, anggota tubuh lengkap, wajah cukup tampan. Bagiku dia seperti matahari yang menyinari kehidupanku, dia adalah anugerah yang  sempurna.  Kuberi nama bayi mungilku Aditya. Ceritapun terus bergulir sesuai dengan kehendakNya.
Dibulan ke 8, awal masalah mulai muncul. Aditya terjatuh dari gendongan keponakanku. Dan  aku tidak tahu. Semalaman penuh panas badannya tinggi. Mulutnya mengatup rapat hingga lidahnya tergigit kuat. Aditya kejang! Aku panik dan melarikannya kerumah sakit.
Satu bulan lebih Aditya harus dirawat intensif. Tanpa seijin dari pihak keluarga, dokter yang menangani kasus penyakit anakku melakukan operasi pengambilan sungsum tulang belakang. Sebagai keluarga awam yang tidak begitu mengerti tentang  kedokteran, kami hanya bisa diam menerima.
Ikhlas. Mungkin memang sudah menjadi takdir dalam garis kehidupanku. Satu bulan setelah pulang dari rumah sakit, tidak ada perkembangan yang cukup bisa membuat hati gembira. Aditya hanya bisa tergolek lemah tak berdaya. Kedua kaki dan tangannya lemas. Kehamilan kedua hingga keempat tak mematahkan semangatku dan suami untuk tetap mengupayakan kesembuhannya.
Pernah ada orang yang mengaku pintar meramalkan hidup Aditya hanya sampai usia 20 tahun. Saat Aditya menginjak usia 19 tahun, ucapan peramal itu membuatku berharap-harap cemas. Hidupku bagaikan menghitung waktu. Meskipun  cacat dan membelenggu kebebasan gerakku, tapi aku merasa belum siap  jika harus kehilangan. Aku sangat menyayanginya, melebihi nyawaku. Apapun dan bagaimanapun keadaannya.
Keinginan kuat suamiku untuk bisa menyembuhkan Aditya, telah menyeretnya ke alur yang salah. Dia mengikuti aliran hitam. Ritual di tempat-tempat terlarang  sering dilakukan. Benteng Pendem Cilacap, adalah salah satu tempat angker yang sering di gunakannya untuk menepi. Hingga suamiku terjebak dalam perjanjian setan. Kesembuhan tidak didapat namun justru kesesatan menggenggam erat.
Belum juga usai cobaan Aditya, suamiku justru mengalami sakit yang sangat aneh. Selalu berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Aku bingung menghadapinya. Seorang paranormal dari Banten mengatakan bahwa raga suamiku di tawan oleh penguasa laut kidul. Dan akan dikembalikan saat suamiku menginjak usia  lima puluh tahun.
Sejak saat itu, hampir setiap tahun penyakit aneh suamiku kambuh. Aku harus pontang-panting berjuang merawat suami dan keempat anakku. Aku harus mencari nafkah untuk  bertahan hidup dan sekolah ketiga anakku. Semakin hari biaya hidup semakin naik. Beribu doa mengalir setiap detik dalam kebimbanganku.
Malam gelap memayungi cakrawala dinginpun menyelimuti atmosfir bumi. Hujan mengguyur kampung tempatku tinggal. Aku memandangi suami yang  sedang kambuh dan keempat marahari kecilku yang tertidur pulas.
Mampukah kami bertahan hidup dalam kondisi seperti ini, Tuhan? Jika Kau ijinkan ambillah kami secara bersamaan, jangan sisakan barang satupun! Salahkah jika aku pernah menyelipkan sebuah pinta dalam doa malamku.
Untuk kerja jauh dari rumah aku tidak bisa. Aku harus memilih kerja yang bisa aku lakukan dirumah. Karena semakin bertambah usia, badan aditya semakin bertambah besar.  Untuk mandi dan BAB, dia harus di bawa kekamar mandi.  Tidak ada yang bisa merawat Aditya selain aku dan suamiku.
Alhamdulillah Tuhan membukakan jalan melalui usaha jahitan yang aku buka dirumah. Hasilnya memang tak seberapa  tapi aku sangat bersyukur setiap kali menerima uang dari hasil jahitanku. Dari usaha itu kami  bertahan hidup.
 Kini 40 tahun usia Aditya. Dengan semua ujian yang Tuhan beri, aku mendapatkan banyak pengalaman hidup. Dan dengan keterbatasan yang diberikan pada Aditya, Tuhan membuatku menjadi sosok yang berbeda.
Tuhan tak pernah memberi cobaan melebihi batas kemampuan hambaNya. Ujian dan cobaan yang diberikan adalah untuk mengukur sebatas mana seorang hamba pantas menjadi makhluk pilihan sebagai penghuni taman firdausNya.
Terus berprangka baik terhadap semua ketentuanNYA. Semua akan indah pada akhirnya. Tak selamanya balasan di terima didunia. Masih akan ada kehidupan selanjutnya. Dunia akhir.
*****The End*****

Nama lengkapku Sri Widati, Mutiara Chinta nama penaku. Seorang ibu rumah tangga yang terlahir di Semarang tanggal 27 April 1975. Ingin menjadikan menulis sebagai sahabat karena menulis adalah terapi, membuat ringan langkah di jalur kehidupan yang keras dan penuh liku. Bisa dihubungi di Fb Mutiara Chinta atau melalui email s_widati@yahoo.co.id.
Tulisan ini pernah ikut dalam antologi pena Indis, “Karena Aku Berbeda”.


2025/06/22

Ayo Joget Meski Hidup 'Angel Pol'


Ayo Joged, Meski Hidup ‘Angel Pol’


“Mas Jati, Simbokmu di keroyok preman. Ndang bali yo!”
“Otewe, otewe!”
Deru suara knalpot vespa dan lengking jawaban seorang pemuda yang sedang menjawab telpon tetangganya sambil mengendarai motor Vespa melengking saling beriringan.
Suasana tenang, ayem jalan beraspal yang diapit bentangan hijau persawahan, berubah menjadi heboh.
Tidak rela jika Si Mbok (Dayu Wijanto) terluka, tanpa berpikir lama, Jati (Bhisma Mulia) memutar arah kembali kerumah.

Alhasil, mahasiswa jurusan seni penerima beasiswa berwajah innocent itu terlambat sampai kampus. Dia tidak bisa ikut Ujian Akhir Semester. 
Keberanian Jati menentang birokrasi kampus yang dianggapnya tidak bisa diterima logika, berimbas buruk baginya, kampus melepas beasiswanya. Niat baik Odelia (Jolene Marie), dosen muda cantik yang  menawarkan bantuan pribadi agar Jati tetap bisa melanjutkan kuliah pun ditolak. 
Jati memilih untuk berhenti kuliah, Dia bertekad akan memperbaiki nasib dengan mencari pekerjaan di kota tanpa gelar sarjana.


Di saat sedang berusaha bangkit dari keterpurukan, takdir mempertemukannya dengan Lastri (Michelle Ziudith) yang sedang menerima nasib apes juga. Ditipu calo kerja yang tidak bertanggung jawab, nyaris menjadi korban pelecehan seksual saat menunggu temannya yang sudah janji untuk bertemu di sebuah studio musik.  
Pertemuan dan kesamaan nasib sial dari keduanya memunculkan ide yang luar biasa. Mendirikan grup orkes dangdut keliling. 

Keseruan, haru dan kelucuan para pemain saling beradu dengan gaya yang asyik, saat mereka merintis ide-ide gila yang banyak bermunculan di film ini. 
So, bagaimana kelanjutan kisahnya?            
Mampukah keduanya bangkit dan keluar dari keterpurukan mereka? 


Sutradara bertangan dingin Hanny R Saputra yang dibantu oleh sang produser : Johansyah Lemburan dan Victor G. Pramusinto, mampu membesut hasil tulisan Asaf Angkasa menjadi film bergenre Drama spesial dangdut koplo dengan apik.  
Mengemas konflik kehidupan Jati dan Lastri dengan gaya ringan dan penuh komedi.
Kisah yang mengulik tentang realitas kehidupan nyata, mengunggah kebenaran tentang isu sosial, prosedur pendidikan yang timpang, dan jungkir baliknya perjuangan hidup rakyat kelas pinggir. Meramu semua benturan menjadi film dengan gaya cerita yang santai, ringan tapi cukup menyentuh. Musik dangdut koplonya yang berisi sindiran-sindiran halus, tidak hanya menjadi latar belakang saja. Selain mampu menghibur penonton, juga menjadi sarana ekspresi dan perjuangan dari para pemeran.

Pemilihan pemeran film pun sangat pas.  
Bhisma Mulia, aktor muda asal Semarang, mahasiswa jebolan kampus Undip, cukup luwes saat berbicara dalam logat jawa.  
Sedangkan Michelle Ziudith, mampu memerankan karakter Lastri dengan pas. Totalitas Michelle Ziudith, pantas untuk di acungi jempol. Artis berdarah Batak ini berusaha untuk bisa menguasai bahasa Jawa, plus belajar olah vokal. Kerja kerasnya membuahkan hasil bagus. Dia mampu mendendangkan 4 lagu dangdut koplo berlogat jawa dengan suaranya sendiri. 
Duet artis pemeran utama tersebut bisa membangun chemistry yang sangat klop. 
Selain itu, dukungan dari para pemain pendamping seperti Dayu Wijanto (Si Mbok), Jolene Marie (Dosen muda), Ananta George (Kang Joni), Toni Belok Kiri, dkk pun mampu memperkuat situasi komedi dalam film ini.


Hanny R cukup berani dalam membuat film drama komedi ini, menampilkan karya yang berbeda di tengah gempuran film-film bergenre horor dan romansa.
Kelebihan dari film ini adalah sukses membawa amanat, pesan moral dan sosial. Tentang semangat pantang menyerah, menekankan pentingnya ketekunan, keberanian, dan sikap positif dalam menghadapi kegagalan. Kekuatan persahabatan, dan bagaimana seni bisa menjadi alat perjuangan. Pesan yang ingin disampaikan cukup kuat dan inspiratif, bisa menjadi motivasi untuk semua orang terutama generasi muda. Penyajian ceritanya realistis, sesuai kondisi saat ini.
Akting para pemeran bisa menyentuh dan mampu menghidupkan karakter. Penggunaan musik dan sinematografinya pas, mendukung suasana emosional.
Meski memiliki banyak kelebihan, film Angel Pol pun memiliki beberapa kekurangan. Diantaranya adalah, pada beberapa bagian, alur ceritanya terasa terlalu terburu-buru dalam penggambaran konflik dan resolusinya. Ini penilaian menurut versi saya loh ya, entah kalau menurut orang lain.
Film bertitel ‘Angel Pol’ ini pas dan cocok untuk dijadikan sebagai tontonan.
So, gak perlu ragu untuk melihat keseruan kisah dan ending filmnya. Sudah bisa dilihat di bioskop mulai tanggal 19 Juni 2025.


Resensi film :
Judul        :  Angel Pol
Penulis     :  Asaf Angkasa
Sutradara :  Hanny R Saputra
Produser  :  Johansyah Jumberan serta Victor G. Pramusinto.
Pemain     :
1. Michelle Ziudith  :  Lastri,
2. Bhisma Mulia      :  Jati
3. Jolene Marie        :  Odelia
4. Dayu Wijanto      :  Si Mbok
5. Kukuh Riyadi      :  Jay
6. Bogang Bakar      :  Karso
7. Siti Fauziah          :  Ayu Asmara
8. Akun Gege           :  Bos Brow
9. Amanda George   :  Kang Joni
10. Joni Belok Kiri   :  Sunar
11. Fajar Nugra         :  Mulyadi
12. Yono Bakrie        :  Gatot



2020/05/18

Catatan Pagi

.


Nyonya Kura-kura
By.  Widati

Melihat kue yang membawa selintas bayang rupa uniknya kura-kura, mampu menarik rasa percaya diriku. Ringan bahasa tulisan yang mengikut foto itu,  membuat bibirku kelu, membiarkan hati berbisik lirih di sebatas rongga dada. 

Ah,  biar sajalah!  Aku adalah aku.  Cukup bersyukur dengan segala kekuranganku. Toh,  kura-kura saja mampu membawa tempurung rumahnya kemana kaki hendak menapak.  Seperti goresan abjad yang dirangkaikan oleh Nyonya itu. 
Berterima kasihlah jangan berbalik mencibir pada Nyonya pembuat roti kuker,  juga pada kura-kuranya. 

Tanganku cuma bisa masak alakadarnya saja.  Sifat tomboy dan tak betah berlama-lama di dapur,  membuatku tak bisa selincah tangan si Nyonya cantik itu. Dia memiliki tangan yang mampu menari menyulap gandum,  telur, gula juga mentega menjadi beraneka jenis kue kering nan cantik termasuk kue imut berbahas dasar dengan bentuk ala rumah yang selalu dibawa diatas punggung binatang melata dengan usia panjang itu. Kue kacang.

Selain itu,  kemampuannya merangkai aksara menjadi  penuh makna, sekejap helaan napas sempat menyisipkan iri dalam hati. 

Tapi... 
Aku nggak boleh iri lanjut menarik garis cibiran di lipatan bibir.  Atau pun minder, apalagi ikutan lagunya Noor Huda yang dipopulerkan oleh Ilux ID,  'Aku mundur alon-alon, mergo sadar aku sopo... '
Hasyah! Buruan kibas kuat-kuat bujukan jelek di batas anganmu! Cepetan move on! Hehehe... 

Setidaknya,  tangan cantik milik pencipta kue kura-kura yang juga mampu menggubah rangkaian aksara itu, mampu memberikan kekuatan baru padaku. Bersemangatlah seperti kura-kura,  meski alon-alon tapi tetap terus bergerak menyangga beban hidup diatas punggungnya. 

Semoga suatu saat Allah berikan kesempatan padaku untuk bisa menicipi kuker racikan tangannya. Siapa tahu bisa melecut inginku agar bersemangat untuk belajar ahli bikin roti seperti dia. Cita-cita baik boleh,  kan? 

Ayolah,  kamu pasti bisa! 
#teruslah bisikkan itu dihatimu. 
Bersemangat seperti kura-kura. 
Selamat pagi dunia! 
Terima kasih pada Nyonya pembuat kuker ala punggung kura-kura...
Indah Fatwa Suci atau lebih dikenal dengan nama pena Indah Zein. 

Jangli 19052020

2020/05/13

Puisi Hati


Berbalut Luka Fatamorgana
By Widati

Haruskah mengeluh?
Kala letih tapak kaki 
Melangkah menelusuri padang gersang yang membentang
Lewati oase yang menipu mata
Ciptakan berjuta harap dalam kehausan,
Fatamorgana.

Mimpi sekejap menyentuh
Berikan pedih kenyataan
Deretan basa yang telah basi

Nanar mata merasai cinta
Dalam hitungan kedipan
Memandang dan rasakan keindahan dunia

Namun,
Sedetik berlalu, lenyap menghilang
Terbungkam kata erat terkunci
Bahasa tak lagi mampu bicara
Sisakan pedih menyayat perih
Kala takdir torehkan kisah perpisahan di garis kehidupan

Hanya satu masih tertinggal
Nafasku, nafasnya
Jiwa juga darah yang terikat
Mengalir di satu degupan nafas
Mutiara jiwa

Kini terpaku pada lara
Memendam tangis di segurat tawa
Tarikan paksa pada selarik senyum ananda
Terbalut luka dan duka.

Jangli 14052020


2020/05/08

Cerpen : Tarian Hati Untuk Bidadari Semarang

Tarian Hati Untuk Bidadari Semarang


Januari 2013.  Hhhh… Seorang pemuda berambut cepak, berperawakan tubuh tinggi tegap,  menarik oksigen lewat dua cuping indera penciumannya.  Sejenak menahan di rongga dada lalu melepaskannya kembali. Garis lengkung manis melintang di antara dua pipinya. Pandangannya lincah beredar ke berbagai penjuru. Selaksa rasa yang berbulan lalu  dilipat rapi disudut hati, kini pelan-pelan mulai menggeliat manja menuntut untuk dituntaskan. Rindu. 

Dua penopang tubuhnya melangkah satu persatu  menuruni anak tangga dari burung bermesin  yang membawanya terbang.   Terakhir, kembali meninggalkan tanah kelahirannya kembali adalah 6 bulan yang lalu.  8 tahun sebelumnya, menjadi masa penuh perjuangan saat merantau di ibukota. 

Tak akan ada yang tahu, apa yang akan terjadi di beberapa menit ke depan dalam pengembaraan hidup manusia. 
Tanpa sebab dan isyarat,  Pak Ramelan, satu dari sepasang  bidadari surga milik Dewangga berpulang ke pangkuan pemilikNya. Hati Dewangga berasa tersayat sembilu, setiap kali  ganglia pendengarannya menangkap kisah sepi yang terlontar dari pengucap lisan sang ibunda. Saat itu juga, ingin rasanya dia bisa terbang pulang. Untuk mendekap dan menemani bidadari surga yang kini masih tertinggal. Tapi profesionalitas kerja menuntut untuk menahan rasa itu, laki-laki yang berstatus jomblo itu harus pasrah menyimpan semua keinginannya.

Meskipun di tanah kelahirannya banyak terselip kisah pahit. Namun, asa untuk segera kembali ke tanah kelahirannya semakin tinggi  menumpuk di angan-angan. 
Sudah menjadi hukum alam dalam kehidupan. Bahwa yang terlihat bahagia belum tentu dia tak menyimpan kepedihan. Pun dengan kegairahan yang erat dipertahankannya tak lepas dari keputus asaan. Suka dan duka adalah bagian warna dalam kehidupan.
Venice Van Java. Julukan yang diberikan Belanda pada tanah kelahirannya. Semarang. Karena memiliki banyak aliran sungai melintang ditengah kota, bak Venice di Italia. Dengan sedikit bergegas dia keluar dari bandara. Kepalanya menengok kekanan dan kekiri  mencari sesuatu. Jika Pak Hanafi, DIRUT PT Palya Gopala tempat dia bekerja sekaligus orang yang telah banyak membantu kesuksesan karir Dewangga, tidak memberikan acc padanya untuk pindah ke anak cabang perusahaan. Tentu dia harus kembali meniti karir baru dari nol.  
“Mas Dewangga!” Suara seorang remaja laki-laki yang berjalan bersama pria seusia Dewangga membuyarkan lamunannya. Satria dan Reno tampak mengembangkan senyuman kearahnya
“Hai! Awakmu kok tambah  kuru? 1). Masih suka begadang dan keluyuran malam ya?” Dewangga tersenyum meletakkan travel bag. Untuk kemudian dia merengkuh dan memeluk tubuh  adik bungsunya. 
 “Hallo brow, piye kabare? 2) Badanmu makin subur, aja.” celetuk pria yang datang bersama adiknya. Dia adalah Reno, sahabat Dewangga semasa SMA. Seorang sahabat sejak duduk dibangku SMA. Orangnya baik hati, tulus, sedikit urakan tapi penuh perhatian. 
“Ahh..kamu bisa saja. Kamu tuh, yang terlihat lebih bulet. Hahaha,” Dewangga melepaskan pelukan adiknya dan berganti menjabat erat tangan Reno.
 “Ayo Mas, kita segera pulang. Ibu sudah menunggu mas dari tadi pagi,” Satria menyela percakapan 2 sahabat yang lama tidak pernah berjumpa. Pesawat yang ditumpangi Dewangga memang mengalami delay satu jam, karena ada trouble perkiraan cuaca. Jadi kedatangannya sedikit terlambat.
 Ketiga pemuda itu bergegas menuju mobil Reno. Avanza berwarna metalik itu pun segera meluncur di lintasan abu-abu panjang.  
“Ren, tolong mampir ke Sanggar Greget sebentar, ya,”
“Oke, siap bos,” sahut Reno seraya menempelkan ujung kelima jari tangan kanannya ke kening,”kamu masih aktif menari to, Ngga?”
“Iya, buat ngisi waktu. Lagi pula untuk melestarikan sebagian budaya bangsa kita. Iya, kan?”
Reno  sangat salut dengan kecintaan sahabatnya pada dunia seni. Menari  benar-benar menjadi bagian dalam hidupnya.  Meskipun sudah bekerja disebuah perusahaan bonafit di Jakarta, tapi dia masih aktif dan sempat beberapa kali menjadi duta seni ke manca negara. Dan sanggar greget adalah tempat dimana dulunya Dewangga dan ayahnya bernaung.
 “Kedatanganmu pas sekali, Ngga. 2 minggu lagi, Kania menikah. Kamu mau kan menari di acara resepsinya?” ucap Reno sesaat setelah mereka mampir dari sanggar tari Greget.
“Hah, Kania menikah? Dapat orang mana?”
“Orang deket kok. Dan pastinya bukan wong edan 3),” bertiga mereka terawa girang. 
Kotak bermesin milik Reno mulai berjalan perlahan saat memasuki halaman rumah Dewangga. 
“Ibu,” Dewangga melompat turun dari mobil. Rindu yang ada di hati membuncah saat melihat sesosok wanita tua yang mulai meringkih menanti kedatangannya di muka pintu. Dia berlari kecil menuju kedalam rentangan kedua tangan wanita pendahulunya itu. 
“Angga,” hanya sepenggal nama yang mampu terucap dari bibir ibunya. Dua netra wanita rapuh itu nampak mulai mengembun.
Angga pulang, Bu. Sekarang Aku akan selalu ada disisimu. Menemani menghabiskan masa tuamu. Aku akan menjaga dan membahagiakan 3 harta berhargayang kau tinggalkan, Pak. Lirih nurani Dewangga berbisik. Ditenggelamkannya tubuhnya kedalam pelukan sang ibu.
******

Sing unik  mas, goyang Semarang
kendang dinamis, bikin pinggul bergoyang….

Akhirnya, dengan iringan instrument kendang, kempul, ketipung, bonang barung, kecrek, rebeb, suling dan terompet, tuntas sudah tarian yang disajikan oleh Dewangga. Seraut wajah lelaki renta mengikut perasaan puas yang menyisip kedalam sanubari setiap kali dia selesai menari. Bapak. 
Sesuai  dengan permintaan Kania adik sahabatnya, Reno. Dibantu dua teman wanita dan satu orang teman dari Sanggar Greget, dia berhasil menuntaskan serangkaian Tari Semarangan. Kesenian tradisional khas Semarang. Tari yang menyuguhkan gerakan yang sangat rancak dan dinamis, menceritakan  kegembiraan para kawula muda. Dengan tiga ragam gerak baku yang berpusat pada pinggul yaitu, ngondhek, ngeyek dan genjot
 “Terima kasih, Ngga. Kamu memang ahabatku yang polke. Jempol dan oke,” suara kagum penuh kepuasan Reno mengejutkan Dewangga,”ada yang mau ketemu sama kamu tuch.”
Sambil membetulkan posisi kancing kostum menarinya. Dewangga memutar pandangan mencari seseorang yang dimaksud oleh Reno, “mana? Siapa?”
“Dia menunggumu di ruang pesta,” berita dari Reno membuat Dewangga bergegas melangkah ke ruang resepsi. Beberapa orang pegawai katering terlihat sibuk mengemasi perlengkapan makan. Dewangga menghentikan langkahnya dan memutar pandangan kesegala arah. 
“Tuh,” jari telunjuk tangan Reno menunjuk kearah seorang wanita berambut panjang sepinggang. Dress panjang merah marun lengkap dengan cardigan berwarna putih tulang, lekat melilit tubuh rampingnya.
”Ara!” Reno memanggil gadis itu. 
Ara? Hati kecil pria penari tari semarangan itu membisik bertanya. Dan…memang benar. Saat gadis yang dipanggil membalikkan badannya.  Dia memang Asmara. Gadis yang pernah mengisi kisi-kisi hati Dewangga dengan taburan bunga cinta. Sekaligus menghempaskannya pada jurang kepahitan, seminggu setelah jalinan kisah cinta mereka baru saja terajut.
*****

“What! Kamu menolak Revan si ganteng, tajir, idola sekolah kita? Dan,  malah memilih Dewangga si anak guru tari kenthir 4) itu?” cerocos Lina teman gengnya Asmara.
“Asmara...Asmara. Kamu nggak salah pilih, Ra? Emang kamu nggak takut apa? Jika nanti penyakit kenthir ayahnya itu menurun ke generasi penerusmu nantinya?” Neyna yang juga teman satu gengnya ikut menyela.
“Sssttt…jangan keras-keras!” sahut Asmara penuh misteri.
“Atau, kamu hanya ingin menjadikannya sebagai bahan mainan?” desak Lina. 
“Hey, kalian jangan ngomong  begitu dong. Nanti kalau Dewangga dengar kata-kata kalian, bagaimana? Bisa runyam, tau,” sambil tersenyum kecil  Asmara berucap. Sikap cewek yang baru seminggu menerima cintanya itu  membuat hati Dewangga sakit. Gadis cantik dan populer di sekolahnya itu terlihat biasa saja saat mendengar olok-olokan  dari kedua sahabatnya. Dia tidak marah kekasihnya direndahkan. Tidak juga berusaha untuk  membela. Dewangga benar-benar merasa marah dan  terhina.
Jangan-jangan Ara punya rencana jahat dibalik kata-kata sayangnya padaku. Terbersit curiga di hati kecil Dewangga. Sebelum Asmara memergoki keberadaannya,  dia berlalu dari depan pintu kelas 3-IPA2. Dan sejak saat itu sampai masa pengumuman kelulusan tiba, Dewangga selalu menghindarkan diri dari Asmara secara berdua saja. Selalu ada alasan dari pria muda itu untuk menghindar. 
 “Dewangga,” suara lembut itu memporandakan kenangan masa lalu Dewangga. Mulutnya masih terkatup rapat, membisu. Sejak kejadian itu, Dewangga memilih untuk menjauh dari yang namanya perempuan. Dia berusaha untuk tahu diri, siapa dirinya. Dia hanya anak seorang guru tari yang mengalami gangguan kejiwaan dan tak akan mampu menyekolahkan anaknya ketingkat yang lebih tinggi. Jangankan untuk kuliah, untuk makanpun harus berhutang kesana kemari. Kata-kata meremehkan yang seperti itu, memang sudah sering didengarnya. Tapi lain untuk saat itu, karena yang menjadikan bahan perbincangan adalah gadis yang baru genap seminggu menerima ungkapan perasaan cintanya.
“Dewangga,” untuk yang kedua kali gadis itu menyebut namanya. 
“Yy-ya?” Dewangga mencoba menutupi perasaan aneh yang menyusup kedalam hatinya. Ada dendam dan sakit juga ada desir aneh  menyentuh kisi-kisi hatinya. Saat dia menatap wajah gadis didepannya. 
 “Bagaimana kabarmu? Sekarang kamu kerja dimana? Aku turut berduka saat mendengar kabar tentang meninggalnya ayahmu,”
“Terima kasih.” Dewangga berusaha mengalihkan tatapan matanya dari wajah gadis itu. Dia berusaha keras mengusir perasaan yang mengganggu hatinya.
Kamu  masih sama seperti dulu, Ra. Tidak banyak berubah. Masih tetap cantik dengan dua lesung pipit dan bulu mata yang lentik.  Andai saja…  Dewangga berusaha menepis khayalan dalam angannya.
“Sebenarnya aku punya salah apa denganmu, sampai-sampai kau harus menghindar, bahkan sampai menghilang lenyap dariku? Kau putuskan hubungan kita secara sepihak tanpa ada penjelasan apapun,” kedua netra gadis itu menatap penuh tanya.
“Maaf, aku harus segera pulang,” sahut Dewangga seraya melangkahkan kedua penopang tubuhnya keluar dari gedung Dharma Wanita.
“Tunggu Dewangga!” Asmara menarik tangan Dewangga, mencoba menahan kepergiannya,” apa salahku yang sebenarnya, sampai-sampai kau memutuskan aku tanpa penjelasan? Tolong jawab pertanyaanku, Ngga. Please!”
Dewangga menghentikan langkah kakinya. Rahangnya mengatup rapat kedua tangannya mengepal menahan perih yang mendobrak dada. Asmara semakin merasa terperosok kedalam kubangan sesal saat melihat ada selarik bara marah melintas di dua bening netra yang dulu membuat dia galau, terjebak dalam perasaan cinta. 
“Cukup! Tidak perlu dibahas lagi. Biarkan masalah itu menjadi bagian dari masa lalu,”
 “Tapi, Dewangga. Aku butuh penjelasan darimu. Jangan biarkan aku terombang-ambing dalam ketidak jelasan. Aku tahu, sebenarnya masih ada perasaan cinta dihatimu untukku.”
“Cukup, Ara! Sudah tidak ada lagi rasa cinta dihatiku. Cinta tak pantas untuk anak seorang guru tari yang kenthir seperti aku!” nada bicara Dewangga yang berubah meninggi membuat Asmara terkejut. Ternyata tebakannya selama ini benar. Tindakan menghindar dan pemutusan jalinan kasih secara sepihak antara mereka karena Dewangga mendengar gurauan sahabat-sahabatnya sewaktu dikelas dulu. 
“Maafkan aku dan sahabat-sahabatku, Ngga. Kamu sudah salah paham. Mereka hanya bercanda. Andai saja kamu tidak terus menghindar dariku, mungkin kesalah pahaman tidak akan selarut ini,”
“Bercanda? Apakah menurutmu kemiskinan dan penyakit yang diderita oleh ayahku pantas dijadikan bahan bercandaan? bagaimana jika hal yang serupa  terjadi padamu. Apakah kau tidak marah dan menerima begitu saja?” Pecah sudah gelombang amarah yang dipendamnya selama ini.
“Tapi, aku benar-benar sangat mencintaimu, Ngga,” suara Asmara terdengar sangat memelas,”selama ini aku selalu menunggu saat-saat seperti ini. Bisa bertemu  denganmu lagi. Aku ingin kita kembali seperti dulu lagi.”
“Lupakan semuanya, Ra. Untuk saat ini, aku bukan laki-laki yang baik untukmu. Berdoa sajalah semoga Tuhan memberikan kita untuk berjodoh,” Dewangga melangkah pergi meninggalkan Asmara terpaku seorang diri. Tanggul di matanya sudah tidak mampu menahan desakan aliran air yang terus mendesak. Tumpah.
Kemuning senja merona diufuk barat, menyambut langkah patah Dewangga. Terukir janji hati  di hamparan cakrawala angan sang penari. 
Maafkan aku, Ra. Sebenarnya aku juga masih sangat mencintaimu. Tapi untuk sat ini aku masih belum mampu.  Suatu saat nanti, jika aku sudah berhasil dan Tuhan menentukan kita berjodoh. Aku akan kembali padamu, bidadari Asmaraku. Semoga kamu mampu menjaga hati dan rasamu sampai nanti tiba masanya aku menjemputmu dengan kereta kencana bertahtakan bahagia. Janji Dewangga dalam hati.

***** THE END *****

2019/11/18

Resensi Buku 'Tentang Kamu'

Judul buku   : Tentang kamu
Penulis         : Tere Liye
Penerbit       : Republika
Cerakan ke  : II - 2016
Tebal            : vi +524 hal.
Peresensi     : Mutiara Chinta


Novel non fiksi ini, bukan merupakan kisah romance, seperti yang digambarkan dalam judul buku ini. 
Sebuah kisah tentang garis kehidupan yang di dalamnya, akan ada banyak episode yang harus dilalui oleh masing-masing manusia.  Bagian yang harus dijalani, tidak bisa diputar ulang sekaligus tidak harus untuk dilupakan. 
Karena dari sebuah masa lalu, seseorang bisa belajar untuk menjadi sosok yang lebih baik.

Ada banyak hal yang mampu dipelajari ataupun diambil hikmah dari setiap episode. Baik susah maupun senang. 
Masih dengan menggunakan gaya bahasa dan kalimat yang sederhana, tidak membuat kening pembacanya berkerut. Penulis best seller ini mencoba memyampaikan banyak pesan dan amanat dalam sebuah perjalanan kehidupan, tanpa terlihat menggurui.
Semuanya mampu ditangkap dengan mudah oleh pembaca. Baik pembaca yang masih awam sekaligus. 
Hal inilah yang mungkin mampu membuat tulisan seorang Tere Liye selalu menempati deretan best seller. "Jika berkata jujur akan membuat empat orang jahat terbunuh mengenaskan, sedangkan berbohong akan membuatnya selamat, maka pilihan apa yang akan Anda ambil?" (Hal. 8)

Sebuah jawaban dari satu pertanyaan yang membuat Zaman Zulkarnaen bergabung dalam suatu firma yang merupakan sebuah manuskrip kuno dalam belantara hukum di London. Negara dimana dia menjadi salah satu  mahasiswa penerima beasiswa di Oxford University. 
Ada perasaan menggantung saat dia menerima tawaran magang di firma yang menangani tentang masalah Warisan dan hak waris di London. Thompson & co. Karena dia belum mengenal benar firma tersebut. Berkat anjuran Profesor pembimbing Tugas akhirnya, Zaman pun menerima tawaran tersebut.

Prestasi kerja bagus Zaman Zulkarnaen membuat Erick Morning merekomendasikannya  untuk menangani sebuah kasus hak waris dari seorang WNI, Sri Ningsih. Penghuni panti jompo tanpa sanak keluarga yang ternyata merupakan  seorang millioner, yang berasal dari Pulau Bungin, Sumbawa. Daerah  yang rumah-rumahnya bersinggungan atap, tiada tanah, maupun rumput.